Ahlussunnah Search Engine :

Loading

Sunday, November 7, 2010

Taqlid? Jangan ghuluw atau malah menolak mentah-mentah..

dikaji dari ustadz yahya badrusalam : Talbis Iblis - Bab.V talbis iblis terhadap permasalahan akidah dan agama (rodja)
Apa yang perlu dipahami tentang taqlid?
Apakah kita harus menolak dengan alasan "yang benar hanya taqlid kepada alquran dan hadits shohih"?
Ataukah kita harus membeo (fanatik) seperti kerbau yang ditusuk hidungnya terus ditarik kesana kemari ngikut aja?

Sebagian dari kita dari kalangan awam bahkan ustadz-ustadz nyeleneh ada yang berkata,"cukuplah alquran,hadits sebagai pedomanku,tidak perlu pemahaman sahabat,tidak perlu pemahaman tabi'in,tidak perlu pemahaman ulama manapun,karena aku telah dikaruniai Allah akal untuk memahami alquran dan hadits."
Tapi lihat apa yang terjadi padanya kemudian?
Dia pahami sendiri alquran dan hadits dengan akalnya,lalu beristinbat sendiri padahal dia bukan ahlinya,tidak pernah pula dia menguasai ilmu-ilmunya,lalu iblis meniup ke relung hatinya bahwa dia telah berada di derajat yang tinggi dari keilmuan..SUBHANALLAH..ini adalah kesesatan yang nyata..ini yang terjadi kepada orang yang menolak taqlid secara keseluruhan dan tercebur ke dalam talbis iblis.
Dia merasa "aku hanya taqlid kepada alquran dan sunnah kok,apanya yang salah?"
Kita katakan "pemahamanmu yang salah!contohnya aja didalam alqur an.Bukankah didalam alquran ada ayat yang jelas (tidak perlu penafsiran lagi) tapi ada pula yang tersirat dan perlu penafsiran lebih lanjut,pertanyaannya kemudian 'siapa yang menafsirkan?''antum?''bukan..pertama Rasulullah,kemudian kedua kepada orang yang beliau ajarkan,siapa mereka?para Sahabat,trus kok bisa sampai kepada kita,ada para ulama dari generasi setelah para sahabat(tabi'in),berlanjut kepada ulama generasi-generasi berikutnya seperti imam abu hanifah,imam malik,imam syafi'i,imam ahmad,imam nawawi,dan lainnya hingga sampailah kepada kita sekarang,karya-karya mereka."

Golongan ini biasa menganggap akal lebih agung dari pada dalil.Berpikir "Akal dulu baru Dalil."
Jadi ketika ada dalil yang tidak sesuai dengan akalnya maka dia tolak,dia ragukan (padahal dia tidak memiliki ilmu tentang tafsir qur an atau hadits) bahkan dia kritik sekalipun para ulama dunia telah menshohihkan dalil atau nash tersebut.Bahkan dengan bangganya karena bisa mengkritik alquran atau hadits.

Adapun tipe orang yang kedua yakni Ghuluw dalam taqlid sehingga berkesan fanatik.
Mereka membabi buta dalam mengikuti pendapat suatu ulama,mahzab,ataupun golongan(partai).Mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa mengetahui
dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya. Sebagaimana yang
terjadi pada golongan-golongan seperti mu’tazilah, jahmiyah, dan lainnya. Mereka
bertaqlid kepada orang-orang sebelum mereka dari para imam sesat, jauh dari
aqidah shahihah.

Lalu bagaimana sikap kita?
Kita tetap merujuk alqur an dan hadits sebagai sumber dalam kita beragama,tapi kita juga berusaha untuk melihat pemahaman para sahabat,tabi'in dan ulama-ulama generasi-generasi berikutnya.Dan melihat dalil mana yang paling mendekati kebenaran.Demikianlah jalan yang shohih.Tidak ghuluw (taqlid buta) tidak pula menolak taqlid secara mentah.
Contohlah bagaimana khalifah Umar bin khattab bila tidak mendapatkan suatu dalil atau pendapat dalam alqur an dan hadits maka beliau melihat ijtihad abu bakar,bila tidak ada,beliau mengumpulkan ijtihad para sahabat,begitu pula para sahabat lainnya. Bahkan Ibnu Abbas rodiallahuanhu pernah marah ketika ada yang membawa pendapat abu bakar dan umar untuk menentang pendapatnya yang merajihkan bahwa 'haji tamathu' itu adalah yang paling utama bahkan wajib menurut beliau'.Beliau berkata "hampir-hampir turun kepada kalian batu dari langit,aku sampaikan kepadamu sabda Rasulullah,kalian sampaikan kepadaku perbuatan Abu bakar dan Umar."
Kita akui mereka para ulama yang kita cintai,kita hormati,akan tetapi ijtihad ulama apabila berhadapan dengan nash dan bertabrakan dengan nash tersebut maka tidak bisa kita jadikan sebagai alat untuk menentang nash.
Imam syafi'i berguru kepada imam malik tapi beliau tidak membeo kepada imam malik,bahkan beliau memiliki pendapat sendiri disebut dengan mahzab syafi'i,begitu pula murid beliau imam ahmad..dan selalu mereka mengajarkan dan ini bisa kita baca dikarya karya ataupun perkataan beliau untuk tidak taklid buta kepada mereka.Contoh apa yang dikatakan imam syafi'i "apabila dikemudian hari kalian menjumpai riwayat yang shohih yang bertentangan dengan pendapatku,maka ambilah dia dan singkirkan pendapatku." dikesempatan yang lain beliau juga berkata "apabila ada hadits yang shohih maka itulah mahzabku."

No comments:

Post a Comment